Redaktur : Iedha Aulia Hidayati, Ma’iyya Umma Taqwa
Korektor : Naufal Krisgian
Solo Raya – Himpunan Mahasiswa Peternakan (HMP) Appaloosa menggelar diskusi bersama dengan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah, Bapak Ignasius Hariyanta Nugraha, pada Sabtu, 11 Januari 2025. Diskusi ini membahas permasalahan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang kembali merebak di Indonesia.
PMK bukanlah penyakit baru di Indonesia. Virus Aphtaee epizootecae penyebab PMK pertama kali masuk ke Indonesia pada zaman penjajahan Belanda, tepatnya di daerah Blora, Jawa Tengah. Penyakit ini menyerang ternak-ternak berkuku belah seperti sapi, domba, rusa, dan babi, dengan gejala lepuh di mulut dan kuku. Meskipun tidak menular ke manusia, PMK menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi peternak.
Indonesia sempat dinyatakan bebas PMK pada tahun 1990. Namun, kasus PMK kembali muncul di Aceh dan Jawa Timur pada tahun 2022. Pada tahun 2022, tercatat 90 ribu ekor ternak terjangkit PMK, didominasi sapi perah. Pada tahun 2024-2025, sebanyak 3 ribu ekor ternak, terutama sapi potong, terjangkit PMK. Penyebaran PMK diduga kuat disebabkan oleh lalu lintas pasar dan penggemukan ternak.
Jumlah kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) yang tercatat di wilayah Jawa Tengah hingga saat ini adalah 3.474 kasus. Menurut laporan dari iSIKHNAS (Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional), terjadi penurunan vaksinasi PMK pada pertengahan tahun akibat kendala anggaran. Namun, pemerintah telah menggelontorkan dana untuk vaksinasi PMK, yang terbukti efektif menurunkan angka kematian ternak.
Kepala Dinas Peternakan Jawa Tengah, Bapak Ignasius Hariyanta Nugraha, menjelaskan bahwa PMK dapat dicegah dengan vaksinasi serentak. Jawa Tengah sendiri menerima 350 botol vaksin PMK pada 29 Desember 2024 dan tambahan 40 ribu dosis pada 11 Januari 2025.
Selain vaksinasi, terdapat langkah-langkah penanganan khusus, seperti isolasi ternak yang terinfeksi, pemberian pakan yang tepat, dan larangan mengunjungi kandang ternak sehat setelah mengunjungi kandang ternak yang terinfeksi. Penggunaan jarum vaksin sekali pakai dan vaksinasi booster setelah 6 bulan juga penting untuk mencegah penyebaran PMK.
“PMK itu memang tidak menular pada manusia sehingga dagingnya masih boleh dikonsumsi dengan pemasakan yang baik dan benar, kecuali bagian bagian tertentu yang mungkin harus dihilangkan, misal mulut, kalau mulut mereka kayak bereng (luka luka) sampai lidahnya luka, kukunya sampai lepas sehingga mereka tidak bisa berdiri itu dimusnahkan tetapi dagingnya masih bisa dimakan,” ujar Bapak Ignasius Hariyanta Nugraha (11/01/2025).
Meskipun bukan penyakit zoonosis atau tidak menular ke manusia, penyakit PMK ini sangat menular ke hewan ternak, terutama ternak-ternak ruminansia dan berkuku belah.
Mahasiswa memiliki peran penting dalam penanganan PMK. Mereka dapat terlibat dalam pemberian vaksinasi, membantu pelaporan kasus PMK ke iSIKHNAS, dan memberikan edukasi kepada masyarakat terkait PMK.
Diskusi antara HMP Appaloosa dan Kepala Dinas PKH Jateng ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan mempercepat penanganan PMK di Solo Raya.
Himpunan Mahasiswa Peternakan Appaloosa
Fakultas Peternakan
Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36, Kentingan,
Kec. Jebres, Kota SurakartaJawa Tengah 57126
Penanggung Jawab
Ida Rahayu
Bidang Pengetahuan Pergerakan
hi***************@gm***.com